1.1 Konsep
Dasar Belajar
A. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen
mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya
pengalaman. Reber mendefinisikan belajar dalam 3 pengertian. Pertama, belajar
sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses memperoleh pengetahuan dan pengelaman dalam wujud perubahan tingkah laku
dalam kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya
interaksi individu dan lingkungannya.
B. Ciri-ciri
Perilaku Belajar
1. Perubahan
tingkah laku terjadi secara sadar
Suatu
perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari
terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnyamerasakan adanya suatu
perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh
karena itu perubahan yang terjadi karena mabauk atau dalam keadaan tidak sadar
tidak termasuk dalam pengertian beajar.
2. Perubahan
bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai
hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
kesnambungan dan tidak statis. Satu perubahan berikutnya dan selanjutnya aka
berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya, jika
seorang anak belajar membaca, ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca. Perubahan ini akan berlangsung terus sampai
kecakapan membacanya mmenjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai
macam bentuk tulisan maupun berbagai tulisan diberagam media.
3. Perubahan
bersifat positif dan aktif
Dikatakan
positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih bai dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif berarti bahwa
perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu
sendiri. Oleh karena itu perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang
terjadi karena sendirinya karena dorongan dari dalam tidak termasuk perubahan
dalam pengertin belajar.
4. Perubahan
bersifat permanen
Perubahan
yang terjadi karena belajar bersifat menetap. Misalnya, seorang anak dalam
bermain sepepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan
terus dimiliki bahkan akan makin berkembang jika terus dilatih.
5. Perubahan
dalam belajar bertjuan atau terarah
Adanya
tujuan yang akan dicapai oleh perilaku belajar dan terarah kepada perubahan
tingkah laku yang benar-benar disdari. Misalnya belajar mengetik, sebelumnya
telah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik.
6. Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan
yang diperoleh seseorang setelah melalaui proses belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan keseluaruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
C. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Ada 2
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar
Contoh :
faktor jasmani ( faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologi
(intelegensi,perhatian,minat,bakat,motif dan laini-lain).
2. Faktor
eksternal adalah faktor yang ada diluar individu
Contoh :
faktor keluarga (cara orang tua mendidik,relasi antar anggota keluarga,suasana
rumah dan lian-lain) ,faktor sekolah (metode mengajar,relasi antar guru dan
siswa, relasi antar siswa,disiplin sekolah dan lain-lainnya) dan faktor
masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat,teman bergaul media masa dan
lain-laninnya).
D. Motivasi
Belajar
Motivasi
menurut Wlodkowsky (dalam Prasetya dkk,1985) merupakan suatu kondisi atau
perilaku yang memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.Motivasi
yang tinggi tercermin dari ketekunan dan tidak mudah putus asa dalam mencapai
kesuksesan.
Menurut
Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dkk,1994) motivasi dibedakan menjadi 4
golongan,yaitu:
1. Motivasi
instrumental : Motivasi belajar karena adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2. Motivasi
Sosial : Siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan
siswa dan tugas tersebut sangat menonjol.
3. Motivasi
berprestasi : Siswa belajar karena ingin sukses meraih prestasi atau
keberhasilan.
4. Motivasi
intrinsik : Siswa itu belajar karena keinginannya sendiri.
Motivasi
belajar dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain:
1. Adanya
kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
2. Adanya
perasaan dan keterlibatan siswa yang tinggi dalam belajar.
3. Adanya
upaya siswa untuk menjaga dan memelihara agar selalu ada motivasi untuk
belajar.
Dari
berbagai motivasi yang berkembang , Keller (dalam Prasetya,1997) menyusun
seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar yang disebut ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi
motivasional yang harus diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
1.2 Konsep
Dasar Pembelajaran
A. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas
belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu
sendiri dengan si belajar.
4
Kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses
pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada
siswa. Keempat kondisi tersebut adalah :
1. Attention (perhatian)
Perhatian
siswa didoring rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin tahu ini perlu
mendapat rangsangan dan dorongan sehingga siswa selalu berminat dan memberikan
perhatian terhadap pelajaran yang diberikan. Untuk menunjang hal tersebut, guru
perlu memberikan inovasi dan variasi-variasi dalam memberikan pelajaran.
2. Relevance (relevansi)
Relevansi
menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan kondisi
siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang
dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai
yang dipegang.
3. Confidence (kepercayaan
diri)
Merasa
diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara
positif dengan lingkungan. Konsep self efficacy berhubungan dengan
keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas
yang menjadi syarat keberhasilan.Slef efficacy tinggi akan semakin
mendorong dan memotivitasi siswa untuk belajar tekun dalam mencapai prestasi
belajar maksimal.Agar kepercayaan diri siswa meningkat guru perlu memperbanyak
pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun aktivitas pembelajaran ke
dalam sehingga mudah dipahami,menyusun kegiatan pembelajaran ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil,meningkatkan harapan untuk berhasil dengan
menyatakan persyaratan untuk berhasil ,dan memberikan umpan balik yang
konstuktif selama proses pembelajaran.
4. Satisfaction
(kepuasan)
Keberhasilan
dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan,dan siswa akan semakin termotivasi
untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima,baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.Untuk meningkatkan dan
memelihara motivasi siswa,guru dapat memberi penguatan (reinforcement)berupa
pujian,pemberian kesempatan dan sebagainya.
B. Metode
Pembelajaran
a. Metode
Latihan
Metode
ini merupakan metode penyampaian pembelajaran melalu kebiasan-kebiasaan. Dalam
metode pembelajaran ini pengajar memberikan latihan-latihan kepada peserta
didik untuk mengetahui proses tujuan, fungsi , manfaat dan kegunaan
sesuatu. Metode latihan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang
otomatis pada peserta didik
b. Metode
Tanya jawab
Metode
tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik. Metode ini dikembangkan ketrampilan
mengamati, menginterpretasi, mengklarifikasikan dan membuat kesimpulan tentang
pelajaran yang sedang diajarkan. Metode ini bertujuan untuk memotivasi anak
untuk mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran.
c. Metode
Karyawisata
Metode
mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas
pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan
serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
d. Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
· Kelebihan
Metode Demonstrasi :
1) Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan
2) Proses belajar siswa lebih
terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
· Kelemahan
metode Demonstrasi :
1) Siswa
kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan
2) Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan.
3) Sukar
dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
e. Metode
Sosiodrama
Metode
ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian
atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan
pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang
melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau
situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia
lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
f. Metode
bermain peran
Metode
bermain peran adalah metode yang mengajarkan pembelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara memerankan suatu tokoh. Dalam
metode ini dapat mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam
memaknai materi yang dipelajari.
g. Metode
Diskusi
Muhibbin
Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama (socialized recitation).
Metode
diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan ( Killen, 1998 ). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama - sama.
Metode
diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang
melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan
suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau
kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang
dibicarakan dalam diskusi.
Ada
beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar.
1) Metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide - ide.
2) Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
3) Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di
samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang
lain.
Selain
beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya :
1) Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang
memiliki keterampilan berbicara.
2) Kadang
- kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
4) Dalam
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung,
sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
h. Metode
Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode
pemberian tugas dan resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu
sedikit. Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar
dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa
mengikhtisarkan karangan, (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat
kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan.
Metode
Demonstrasi. Menurut Muhibbin (2000) Metode demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran
yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2000) Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan
untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran.
i. Metode
Eksperimen
Metode
eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:95) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu.
j. Metode
Proyek
Metode
proyek adalah metode pembelajaran berupa penyajian kepada siswa materi
pelajaran yang berpusat dari suatu masalah. Yang selanjutnya dibahas dari
berbagai sisi yang relevan,sehingga diperoleh pemecahan secara menyeluruh dan
bermakna.
C. Peran
Guru dalam Aktivitas Pembelajaran
Peran
guru dalam aktifitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga
dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi anak didiknya secara optimal. Djamarah(2000) merumuskan peran guru
dalam pembelajaran sebagai berikut:
a. Korektor. Sebagai
korektor guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar,sikap,tingkah
laku,dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga pada
akhirnya siswa dapat mengetahui.
b. Inspirator. Sebagai
inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai
cara belajar yang baik.
c. Informator. Sebagai
informator guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai
materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Organisator. Sebagai
organisator guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik baik
intrakulikuler maupun ekstrakulikuler sehingga tercapai efektifitas dan
efisiensi belajar anak didik. Diantara berbagai kegiatan pengelolaan
pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan kondisi situasi sebaik-baiknya
sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.
e. Motivator. Sebagai
motivator guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa
memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.
f. Inisiator. Sebagai
guru hendaknya dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Proses pembelajaran hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Fasilitator. Sebagai
fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak
didik dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya
fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar yang
lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam
belajar, interaksi guru dengan anak didik yang harmonis maupun adanya dukungan
penuh guru sehingga anak didik senanitasa memiliki motivasi tinggi dalam
belajar.
h. Pembimbing. Sebagai
pembimbing guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam
menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar. Akhirnya, diharapkan melalui
bimbingan ini anak didik dapat mencapai kemandirian dalam mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal.
i. Demonsrator. Sebagai
demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara
didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara
optimal.
j. Pengelola
kelas. Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan
baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan siswa dapat
memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya dapat mencapai hasil
belajar optimal.
k. Mediator. Sebagai
mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah
dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru, siswa dapat memperoleh
materi pembelajaran dan umpan balik dari hasil belajarnya.
l. Supervisor. Sebagai
supervisor, guru hendaknya dapat membantu,memperbaiki, dan menilai secara
kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses
pembelajaran dapat optimal.
m. Evaluator. Sebagai
evaluator guru dituntut untuk mampu menilai produk(hasil) pembelajaran serta
proses (jalannya) pembelajaran. Dari proses ini diharapkan diperoleh umpan
balik dari hasil pembelajaran untuk optimalisasi hasil pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar