Jumat, 14 Juni 2013

GLOBAL WARMING

A.          Pengertian Global Warming

            Pemanasan global atau yang sering juga disebut global warming adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia”. melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.




B.    Pengaruh Global Warming terhadap Kesehatan

Pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan. 


a.    Perubahan Cuaca dan Lautan
Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

b.    Pergeseran ekosistem
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.

c.    Degradasi Lingkungan
Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih  lama  sehingga  meningkatkan  resiko  munculnya  penyakit  yang ditimbulkan  oleh  kutu  di  wilayah  Eropa  Utara.  Peyakit  lain  yang teridentifikasi  adalah  lyme,  yang  disebabkan  oleh  semacam bakteri  di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang  yang  telah  terinfeksi  lyme.  Bakteri  yang  sama  juga  benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakanny langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.  Pemanasan global  mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi  larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga  jumlah  populasi  akan  cepat  sekali  naik.  Tentang  keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)    Udara  panas  dan  lembab  itu  paling  cocok  buat  nyamuk  malaria (Anopheles),  dan  nyamuk demam berdarah  (Aedes  aegypti).  Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini  lebih sering muncul di  musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau.
b)    Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjan tahun.  Udara  panas  dan  lembab  berlangsung  sepanjang  tahun, ditambah dengan sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles  dan  virus  dengue  yang  dibawa nyamuk Aedes  aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
c)    Akibat  pemanasan global,  siklus  inkubasi  ekstrinsik  virus  penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di  tubuh nyamuk Aedes aegyti  dan siklus  inkubasi  ekstrinsik  virus  penyebab Malaria  di  tubuh  nyamuk Anopheles  menjadi  lebih  pendek  dan  Masa  inkubasi  kuman  lebih singkat.  Populasi  mereka  lebih  mudah  meledak.  Akibatnya,  kasus demam berdarah lebih  mudah meningkat  dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
d)    Karena  itu,  upaya  pencegahan  penyakit  harus  dilakukan  secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi "Faktor lingkungan  fisik  dan  biologis  harus  pula  dikendalikan  dengan  cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam berdarah tak bisa berkembang biak”.

WHO juga menyebutkan ancaman lain dari  meningkatnya suhu rata-rata global, yakni penyakit yang menyerang saluran pernapasan. "Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat," kata Bettina Menne, anggota  WHO divisi  Eropa.  Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan  banjir  dan  erosi,  terutama  di  kawasan  pesisir,  dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera dan malaria di  negara miskin. Wilayah di  Asia selatan, terutama Bangladesh disebut  sebagai  wilayah  yang  paling  rawan karena  berada  di  dataran rendah dan sering mengalami banjir.  Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya  daerah  gurun  pasir  dan wilayah  pesisir  pantai  yang  tercemar merupakan sarana penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak. (Article source : Reuters).
Ada 35 jenis  penyakit  infeksi  baru yang timbul  akibat perubahan iklim, diantaranya ebola,  flu burung,  dll  penyakit  hewan yang dapat  menular kepada  manusia.  Penyakit  yang  paling  rentan  terjadi  di  Indonesia, menurut adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan  kondisi  kesehatan  lingkungan  yang  kurang  memadai.

C.    Upaya Mengurangi Dampak Global Warming


1.    Makanan dan Minuman
Kurangi konsumsi daging, bervegetarian adalah yang terbaik. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg daging, sumberdaya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita bervegetarian. Peternakan juga penyumbang 18% “jejak karbon” dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor,pesawat, dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang dihasilkan oleh aktifitas peternakan lainnya seperti metana yang notabene 3 kali lebih berbahaya dari CO dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari CO. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual dari bervegetarian.  Anda akan menjadi lebih sehat dan pengasih.
2.    Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar.
Menghindari makanan yang sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi tubuh kita
3.    Beli produk lokal, hasil pertanian lokal sangat murah dan juga sangat menghemat energi, terutama jika kita menghitung energi dan biaya transportasinya.
Makanan organik lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada manfaatnya.
4.    Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas.
Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
5.    Beli dalam kemasan besar.
Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber daya untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda untuk berbagi saat membelinya.
6.    Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya.
Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
7.    Hindari fast food.
Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia. Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan Anda.
8.    Bawa tas yang bisa dipakai ulang.
Bawalah sendiri tas belanja Anda, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah itikad baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.
9.    Gunakan gelas yang bisa dicuci.
Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan. Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau plastik food grade yang bisa kita cuci dan dipakai ulang.
10.    Berbelanjalah di lingkungan sekitar Anda.
Hal tersebut akan sangat menghemat biaya tansportasi dan BBM Anda.
11.    Tanam pohon setiap ada kesempatan.
Baik di lingkungan ataupun dengan berpartisipasi dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dll. Tergantung kesempatan dan kemampuan anda masing-masing.

Sebenarnya kita tidak memerlukan perubahan yang radikal untuk membantu Bumi ini menjadi lebih bersahabat. Ubahlah beberapa rutinitas yang dapat menurunkan “Jejak karbon Anda.” Yang pada akhirnya akan menghemat uang Anda juga. Tetapi yang terpenting adalah kita memberikan anak cucu kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar