Kamis, 01 November 2012

27. Koordinasi dan Rentang Manajemen





Ø  KOORDINASI
            Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
            Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
            Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Kebutuhan akan koordinasi
   Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson, yaitu:
1.      Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2.      Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece), di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3.      Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.






Masalah-masalah pencapaian koordinasi yang efektif
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek.
Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar
            Menggunakan pendekatan teknik-teknik dasar manajemen yang berupa hirarki manajerial, aturan dan prosedur, serta rencana dan tujuan sebagai dasar bertindak.
Meningkatkan koordinasi potensial
            Meningkatkan koordinasi potensial bila tiap bagian saling tergantung satu dengan lainnya serta lebih luas dalam ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat ditingkatkan dengan melalui dua cara, yaitu :
1) Sistem informasi vertikal, penyaluran data-data melalui tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi ini bisa di dalam atau di luar lantai perintah.
2) Hubungan-hubungan lateral (horizontal), dengan membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat dimana informasi diperlukan. Ada beberapa hubungan lateral: kontak langsung, peranan penghubung, panitia dan satuan tugas, pengintegrasian peranan, peranan penghubung manajerial, serta organisasi matriks.
Sifat-Sifat Koordinasi
            Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
            Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
Syarat-Syarat Koordinasi

            Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
            Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90) mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk menolong satu sama lain.
            Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat (1985:90) pada koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat kewajiban (compulsory).

26. Koordinasi Masyarakat Indonesia Buruk



YOGYAKARTA-Koordinasi atau kerja sama masyarakat Indonesia sangat rendah atau buruk. Kecenderungan yang selama ini muncul adalah masyarakat lebih mementingkan diri sendiri dan egois serta sulit memercayai orang lain. Demikian hasil penelitian dan eksperimen yang dilakukan oleh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr. Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar keinginan koordinasi seseorang yang dikemas melalui sebuah game (permainan). “Hasil penelitian cukup kontroversial karena koordinasi yang diperoleh sangat rendah, hanya 1-2 persen saja,” kata Rimawan kepada wartawan di Ruang Fortakgama, Rabu (1/3).
Hasil penelitian Rimawan itu konsisten muncul sejak game pertama hingga terakhir. Hasil itu juga bertentangan dengan temuan penelitian sejenis yang dilakukan di negara maju selama bertahun-tahun, yang menunjukkan tingginya hasrat bekerja sama, meskipun subjek menghadapi permainan yang nonkooperatif. “Beberapa penelitian di USA dan Eropa menunjukkan hasrat berkoordinasi ini sekitar 40% di awal permainan dan turun menjadi sekitar 20% pada permainan terakhir,” terangnya.
Penelitian yang dilakukan Rimawan telah membawanya menang sebagai “The Best Paper Award” untuk bidang ilmu ekonomi dalam The Global Accounting, Finance, and Economics Conference, yang diselenggarakan oleh Monash University, Melbourne, Australia, 14-15 Februari 2011. Penelitian tersebut didukung dua co-authors yang merupakan ekonom muda lulusan FEB UGM, yakni Banoon Sasmitasiwi, M.Sc. dan Gumilang Aryo Sahadewo, S.E. Penelitian ini berjudul “Evidence of Homo Economicus? Findings from Experiment on Prisoners? Dilemma Game” .
Konferensi internasional itu dihadiri pula para ekonom dari Australia, China, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Korea Selatan, Taiwan, Thailand dan Uganda, dengan sekitar 46 karya ilmiah yang dipresentasikan pada seminar tersebut. Meskipun terdapat lima pemakalah yang berasal dari Indonesia, Rimawan adalah satu-satunya pemakalah yang mewakili universitas di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Rimawan menyampaikan inti penelitian adalah memprediksi seberapa besar koordinasi antardepartemen pemerintah dan antaranggota legislatif dapat dilakukan. Mereka mendesain eksperimen 16 prisoners dilemma games dalam dua sesi yang setiap game-nya dilakukan payoffs perturbation (perubahan nilai payoffs) dan setiap pemain diacak, sepasang pemain hanya berkesempatan memainkan sekali game. “Subjek penelitian ini adalah 96 orang staf dan mahasiswa di lingkungan UGM,” kata Rimawan.
Mayoritas subjek penelitian adalah mahasiswa. Dapat dibayangkan semakin sulitnya berkoordinasi ketika mereka sudah bekerja dan memiliki penghasilan. Temuan dari penelitian ini, menurut Rimawan, mungkin mampu menjelaskan fenomena tingginya egosektoral antardepartemen atau bahkan di antara anggota legislatif sekalipun.
Dikatakan Rimawan, di Indonesia kata ‘koordinasi’ sering kali hanya dipahami tidak lebih sebagai suatu pertemuan semata atau bahkan hanya sekadar kongkow-kongkow. Tidak ada pembagian tugas, tidak ada evaluasi dari pelaksanaan pembagian tugas tersebut. Ironisnya, tidak ada mekanisme reward and punishment jika koordinasi berhasil atau gagal dilakukan. “Jadi, mungkin benar apa yang dikatakan banyak orang, koordinasi hanyalah mitos di Indonesia, tapi realitasnya jauh panggang dari api

25. Koordinasi Manajemen




  • G.R.Terry
Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron & teratur untuk menyediakan jumlah & mengarahkan pelaksanakan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam & harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

  • Malayu S.P. Hasibuan
Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan,mengintegrasikan & mengkoordinasi unsur-unsur manajemen (6M) & pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi

  • Kenapa Koordinasi Sangat Penting
1.      Untuk mencegah terjadinya kekacauan,percekcokan & kekembaran atau kekosongan pekerjaan.
2.      Agar orang-orang & pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan
3.      Agar sarana & prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
4.      Agar semua unsur manajemen (6M) & pekerjaan masing-masing individu membantu tercapainya tujuan organisasi
5.      Agar semua tugas ,kegiatan, pekerjan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan

·         Tipe-tipe  Koordinasi
1.      Koordinasi Vertikal: Kegiatan penyatuan ,pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang & tanggung jawabnya
2.       Koordinasi Horizontal:dilakukan pada kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordiansi ini dibagi  2 yaitu: Interdisciplinary & lnterrelated

·                                                                                 Sifat-sifat Koordinasi
1.      Koordinasi adalah dinamis bukan statis
2.      Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator dalam rangka mencapai sasaran
3.      Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan











·         Tujuan koordinasi 
1.      Untuk mengarahkan & menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan
2.      Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan
3.      Menghindari kekosongan tumpang tindih pekerjaan
4.      Menghindari kekacauan & penyimpangan tugas dari sasaran
5.      Untuk mengintegrasikan tindakan & pemanfaatan 6M ke arah sasaran organisasi/perusahaan
6.      Untuk menghindari tindakan overlapping (tumpang tindih)dari sasaran perusahaan

·         Syarat-syarat koordinasi
    1. Sense of cooperation :perasaan untuk bekerja sama
    2. Rivalry :persaingan untuk mencapai kemajuan
    3. Team spirit :saling menghargai
    4. Esprit de corps : rasa satu kesatuan
·         Cara-cara mengadakan Koordinasi
1.      Memberikan keterangan langsung secara bersahabat
2.      Tujuan itu adalah tujuan bersama
3.      Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran
4.      Membina human relations
5.      Memperoleh dukungan partisipasi dari bawahan

24. KOORDINASI ISOLASI



Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasialat-alat dan rangkaian listrik dengankarakteristik alat-alat pelindungnya sehinggaisolasi terlindungi dari bahaya tegangan lebihsecara ekonomis
            Koordinasi Isolasi dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah yang diambil untuk menghindari kerusakan terhadap alat-alat listrik akibat over voltage dan membatasi lompatansehingga tidak menimbulkan kerusakan

TUJUAN KOORDINASI ISOLASI
Ø  Melindungi peralatan
Ø  Penghematan (ekonomis)
Dengan kedua tujuan tsb suatu STL akan :
Ø  Memiliki daya isolasi yang dapat diatur sedemikianrupa
Ø  Kualitas pelayanan menjadi semakin baik 
Ø  Biaya yang dikeluarkan minimum

Hal-hal yang menjadi Pertimbangandalam Koordinasi Isolasi
Ø  Penemuan sifat petir pada transmisi dankarakteristiknya
Ø  Penentuan daya isolasi peralatan
Ø  Penentuan teg.impuls standar dan cara pengujiantrafo untuk menentukan daya impulsnya
Ø  Karakteristik alat-alat pelindung seperti Arrester
Ø  Penentuan tingkat isolasi impuls dasar (BasicImpulse Insulation Level / BIL)

Prinsip Dasar yang menjadi Rasionalisasi danImplementasi dari Koord. Isolasi
Ø  Lightning Arrester sebagai alat pelindung pokok & peka terhadap tegangan, maka peralatan iniharus disesuaikan dengan sistem
Ø  Tegangan Sistem, yang terdiri dari
-          Teg. Nominal
-          Teg. Dasar
-          Teg. Maksimum

Dalam penentuan isolasi trafo dipakai isolasi yangdikurangi (reduced insulation) yaitu tingkat isolasi yglebih rendah dari yang telah ditetapkan dalamstandard
Dua unsur Koord Isolasi yang penting : karakteristik volt waktu dari isolasi yang dilindungi dankarakteristik pelindung arrester
            Titik A merupakan besar amplitude gelombang surjayang dapat ditahan oleh isolator dan titik B untuk tanduk busur apinya. Fungsi dari tanduk busur apiadalah melindungi isolator dari tegangan tembusyang disebabkan oleh gelombang surja.
Bila amplitude tegangan telah mencapai titik B, makaterjadi pelepasan muatan listrik (discharge) daritanduk yang terhubung ke penghantar ke tanduk yang terhubunga ke bumi (grounding) yangmenimbulkan loncatan api.