1. Latar Belakang Konferensi Asia Afrika (KAA)
KAA diawali dengan Konferensi Kolombo di Sri Lanka yang diprakarsai oleh
Sir John Kotelawala. Berikut ini beberapa latar belakang dan dasar pertimbangan
terselenggaranya KAA :
1.
Perubahan politik pada tahun 1950-an yaitu berakhirnya
Perang Korea (1953). Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi menjadi dua
negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin menambah
ketegangan dunia.
2.
PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara
yang baru merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog
antarnegara tersebut.
3.
Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika,
terutama pernah mengalami penjajahan.
4.
Persamaan masalah sebagai negara yang masih
terbelakang dan berkembang.
5.
Ingin menggalang kekuatan negara-negara Asia Afrika
agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat.
6.
Memiliki kedekatan yang kuat karena dihubungkan oleh
faktor keturunan, agama, dan latar belakang sejarah.
7.
Berdasarkan letak geografisnya, letak negara-negara
Asia dan Afrika saling berdekatan.
2. Pelaksanaan KAA
Sebelum dilaksanakan KAA di Bandung tahun 1955, terlebih dahulu
dilaksanakan Konferensi Kolombo yang kemudian dilanjutkan dengan Konferensi
Bogor.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung pada
tanggal 18 - 24 April 1955. Pelaksanaan KAA dibuka oleh Presiden Soekarno.
Penyelenggaraan KAA mempunyai tujuan berikut :
1.
Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama
antarbangsa Asia Afrika meningkatkan persahabatan.
2.
Membicarakan dan mengatasi masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan kebudayaan.
3.
Memerhatikan masalah khusus terkait dengan kedaulatan,
kolonialisme, dan imperialisme.
4.
Memerhatikan posisi dan partisipasi Asia Afrika dan
bangsa-bangsa dalam dunia internasional.
Pelopor Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika
1. Ali Sastroamidjoyo-Indonesia
2. Jawaharlal Nehru - India
1. Ali Sastroamidjoyo-Indonesia
2. Jawaharlal Nehru - India
3. John Kotelawala - Sri Lanka
4. Muhammad Ali Bogra - Pakistan
5. U nu- Myanmar
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara yaitu :
4. Muhammad Ali Bogra - Pakistan
5. U nu- Myanmar
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara yaitu :
1. Indonesia
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand
18. Turki
19. Iran
20. Irak
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Thailand
26. Ghana
27. Nepal
28. Yordania
29. Jepang
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand
18. Turki
19. Iran
20. Irak
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Thailand
26. Ghana
27. Nepal
28. Yordania
29. Jepang
Dari negara-negara yang diundang tersebut muncul tiga golongan berikut.
a. Golongan prokomunis, yaitu RRC dan Vietnam Utara.
b. Golongan pro-Barat, yaitu Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
c. Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
a. Golongan prokomunis, yaitu RRC dan Vietnam Utara.
b. Golongan pro-Barat, yaitu Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
c. Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
Hasil dan keputusan yang dicapai dalam KAA, antara lain kerja sama bidang
ekonomi, kebudayaan, hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, serta
memajukan perdamaian dunia. Hasil KAA yang paling mendasar adalah Dasasila
Bandung.
1.
Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan
serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa).
2.
Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua
bangsa.
3.
Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun
kecil.
4.
Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam
soalan-soalan dalam negeri negara lain.
5.
Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendirian mahupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam
PBB.
6.
(a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan
pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu
negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur tangan terhadap negara
lain.
7.
Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi
mahupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8.
Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum ,
ataupun lain-lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan,
yang sesuai dengan Piagam PBB.
9.
Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10.
Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban
internasional
Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian
dunia dengan meredakan ketegangan internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari
KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok, Indonesia merupakan salah
satu pelopornya.
3. Peran Indonesia dalam KAA
Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai
salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai
tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali
Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat
internasional.
4. Arti Penting KAA
KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan
mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan
Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur
telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia
dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama
pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC
dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan
diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua,
RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat. Berikut ini
makna dan arti penting terselenggaranya KAA.
1.
Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia –
Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan kolonialisme Barat.
2.
Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
3.
Merupakan pencetus semangat solidaritas dan
kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan.
4.
Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah
maupun belum merdeka.
5.
Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif
yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
6.
Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan
Afrika akan potensi yang dimiliki.
7.
Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh
negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan
ketegangan dunia.
8.
Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik
diskriminasi ras oleh negara-negara maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar