Sabtu, 13 Oktober 2012

05. Manajemen Mengurus Anak Profesional



Setiap kali saya pulang kerumah dari pekerjaan yang banyak di luar kota, selalu ada perkembangan baru yang nampak pada anak-anak saya. Entah perilaku uniknya, entah kosa kata baru, entah itu keinginan-keinginan yang telah berhasil mereka susun dalam kata-kata lucu, atapun ketrampilan baru. Pendek kata selalu ada perkembangan, padahal hampir tiap hari saya menelpon anak-anak ( ibunya juga lo heheheh).
Saya tak habis pikir, bagaimana caranya istri saya bisa tetap menjaga agar anak-anak tetap berkembang pada Garis-garis Besar Haluan Ngurus anak yang telah kami susun (Maksa banget ya …). Padahal kesibukan istri saya boleh dibilang tidak sedikit, karena selain mengurus anak-anak dan rumah tangga, juga mengurus bapak mertua yang sedang terbaring sakit karena stroke.
Satu saat saya tanya kepada mantan pacar saya ini, bagaimana caranya, dan dengan santainya beliau menyampaikan bahwa dia sudah menguasai ilmu manajemen mengurus anak profesional. Gubrakkkk, bah apa pula ini wkwkwkw, tapi bagus juga istilahnya, jadi bukan hanya perusahaan saja yang harus diurus secara profesional, bahkan mengurus anakpun harus profesional.
Jika sebuah perusahaan ditata dengan baik dan profesional, tentunya perkembangannya juga akan sehat dan pesat, ternyata demikian jugalah dengan anak-anak kita. Mereka bukanlah urusan sampingan yang cukup dikelola asal-asalan, tapi merupakan layaknya suatu badan usaha yang akan menimbulkan dampak sistemik yang sangat berbahaya jika dikelola dengan manajemen sembarangan dimasa yang akan datang.   Waduh klo yang ini saya cuma manggut-manggut mumet saja didepan istri, masalahnya koq jadi sampai dampak sistemik segala, seperti kasus bank century aja.
Tapi jika saya resapi kata-katanya banyak benarnya juga. Kadang kita sebagai orang tua terkesan tidak begitu serius menangani anak-anak. Ketidak seimbangan kasih sayang, penjerumusan anak-anak pada pola hidup hedon, konsumtif serta kapitalis, kasih sayang hanya ditunjukkan dengan jumlah nol dibelakang tabungan pribadi mereka, penjerumusan anak-anak pada nilai-nilai semu, dimana nilai anak-anak dimata kita hanya dilihat dari seberapa hitamnya atau merah nilai prestasi di sekolah, dan masih banyak pola kasih sayang fatamorgana yang secara umum kita tolak, tapi kenyataannya kita praktekkan pada anak-anak kita.
Dan pada akhir obrolan malam, istri saya menambahkan, seharusnya orang tua mau belajar berbagai ilmu manajemen yang tujuannya agar semakin memperkaya kasih sayang yang dimiliki orang tua, sehingga bisa menjadi pengasuh profesional bagi anak-anak yang notabene adalah generasi penerus keluarga.
Ok deh, apapun kata istri saya dah, yang penting hati saya sangat senang dengan setiap perkembangan anak-anak. Tak penting bagi saya anak-anak saya akan menjadi apa, yang terpenting adalah anak-anak bisa menjadi anak-anak terbaik dan memiliki dunia sendiri sesuai umur dan perkembangan yang sedang mereka jalani…
Kita tak pernah dapat memberikan sayap kepada anak-anak kita, tapi dengan kasih sayang, motivasi  dan pendidikan yang baik kita bisa mengantarkan mereka terbang lebih tinggi dari awan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar