Kamis, 05 Juni 2014

Hubungan Interpersonal

A.      Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukancontent melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

B.       Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal, yaitu:
1.         Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault danKelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
2.         Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
3.         Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

C.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal
Dalam melakukan hubungan interpersonal, ada tiga faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction), yaitu faktor intern, faktor ekstern, dan faktor interaksi.
1.      Faktor Intern
Menurut buku dari Baron dan Byrne,2008 mengatakan bahwa faktor intern ialah faktor yang terdapat dari dalam diri kita sendiri, meliputi dua hal yaitu kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation) dan pengaruh perasaan.
a.       Kebutuhan untuk berinteraksi (Need For Affiliation)
Menurut McClelland, kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman, menunjukan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitasi. Kita cenderung ingin berinteraksi dengan orang lain, namun dilain waktu, terkadang kita tidak ingin berinteraksi atau ingin sendirian. Seseorang yang membutuhkan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih bekerja bersama orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok
b.      Pengaruh perasaan
Jika kita membuat orang lain senang saat kita bertemu dengannya, maka interkasi akan lebih mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat perasaannya negatif (kesal, marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita. Dalam berbagai situasi dosial, humor dapat digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi, sekalipun dengan orang yang belum dikenal. Jadi, kita akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita senang dibandingkan jika kondisi perasaan kita sedang negatif. Hal ini terjadi karena pada saat senang, kita lebih mudah terbuka untuk melakukan komunikasi.
2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah kedekatan dan daya tarik fisik.
a.       Kedekatan
Witing trisno jalaran soko kulino, pepatah jawa ini memberikan arti bahwa ketika kita sering bertemu dengan orang disekitar kita, maka kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih dekat serta kemudian saling jatuh cinta.menurut Baron & Byrne menjelaskan bahwa kedekatan secar fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas, menunjukan bahwa semakin dekat jarak geografis di antar mereka, semakin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu. Selanjutnya, pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan diantara mereka.
b.      Daya tarik fisik
Saat saya masih kecil, orang tua saya sering menasihati saya, “janganlah menilai orang dari tampak luarnya saja, belum tentu orang tersebut seperti yang kita perkirakan”. Nassihat tersebut ditunjukkan agar kita jangan terburu-buru menilai orang dari luarnya atau penampilannyadan kita harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang tersebut.
Pengalaman memberikan pelajaran bahwa seperti apapun orang yang baru kenal baik secara fisik menarik ataupun tidak. Jadi, “don’t judge a book by its cover”. Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (untuk laki-laki), lebih feminin (untuk perempuan) dari pada orang yang tidak menarik.
3.      Faktor Interaksi
Pada faktor interaksi terdapat dua hal, yaitu persamaan-perbedaan danReciprocal Liking.
a.       Persamaan-perbedaan
Bukankah sangat senang ketika kita mengetahui bahwa orang yang berbesa disamping kita ternyata memiliki hobi yang sama. Sangat menyenagkat ketika kita menemukan orang yang mirip dengan kita dan saling berbagi asal-usul, minat, dan pengalaman yang sama. Semakin banyak kesamaan semakin juga saling menyukai. Tidak hanya persamaan perbedaan juga terasa menyenangkan dari pada persamaan karena kita dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui dan dapat berbagi pengalaman, dari pengalaman-pengalaman masing-masing kita dapat melakukan bersama-sama perbedaan diantara kita. Keuntungan yang di dapatkan dari perbedaan adalah kita dapat lebih belajar hal yang baru dan bernilai darinya.
b.      Reciprocal Liking
Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umu, kita menyukai orang yang  juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang tidak juga menyukai kita. Dengan kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate) persaan yang diberikan orang lain kepada kita. Pada dassarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive rainforcement.

D.      Tahapan Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersoanal, antara lain:
1.      Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
2.      Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
3.         Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
    a.   Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
      b.   Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
      c.   Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
      d.    Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
      e.      Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

E.       Jenis Hubungan Interpersonal
 Terdapat tipe-tipe hubungan interpersonal yaitu: tipe cinta, Pernikahan, dan perselingkuhan sebagai berikut:
       1.      Cinta
Jatuh cinta memiliki makna yang berbeda-beda. Cinta juga dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Dalam teorinya, Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (comitment/decision).
           a.       Hasrat
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan (keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu, mengalami perasaan indah saat seperti melambung ke awan, mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, memiliki energi yang besar untuk melakukan sesuatu demi pasangan mereka, merasakan adanya kesamaan dalam banyak hal, serta tentu saja merasa sangat bahagia.
            b.      Keintiman
Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan tercapai keintimanan emosional jika kedua belah pihak saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerimanya, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
            c.       Komitmen/keputusan
Pada dimensi komitmen/keputusan, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.
      2.      Pernikahan
Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antar pasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall & Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditunjuk untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antarasesama pasangan.
Pernikahan tentang penelitian pernikahan sudah banyak di indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dibuat oleh Dewi Latifa dengan judul fungsi dan dampak persahabatan Lawan Jenis terhadap Kepuasan Pernikahan Dewasa Muda dan Dewasa Madya. Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka ubah, mempu menerima ketidaksamaan pasangan dan pernikahan, menikmati kebersamaan (Latifah, 2005). Anak adalah salah satu faktor kepuasan pernikahan. Faktor-faktor yang mendukung kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama dan hubungan dengan mertua/ipar (Latifah, 2005).
      3.      Perselingkuhan
Mengapa seseorang melakukan perselingkuhan? Terdapat banyak alasan bagi seseorang untuk dapat melakukan perselingkuhan. Misalnya kurangnya perhatian istri terhadap suami merupakan alasan paling umum bagi suami untuk mencari perhatian dari Wanita lain. Apalagi, jika istri terlalu sibuk bekerja dan sibuk dengan urusannya dirumah maupun diluar, dan postur tubuh istri yang menggemuk(penampilan) juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perselingkuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh suami merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi istri. Perselingkuhan tersebut terjadi karena faktor-faktor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi harapan istri. Berikut adalah alasan seseorang melakukan perselingkuhan, yaitu variasi seksual, untuk kesenangan, companionship dengan wanita lain, kepuasan akan tantangan, merasa tertarik kepada wanita yang lebih muda, memanfaatkan kesempatan yang ada, keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang, kebosanan akan pernikahan, istri tidak lagi menarik secara fisik (tidak memiliki daya seksual), ingin menyakiti istri, istri menjadi gemuk, istri terlalu fokus pada kerjaan, dan untuk mendapatkan pengalaman romantis.
Sedangkan menurut thens (1998) alasan yang sering digunakan untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena pernikahannya tidak bahagia ataupun untukmendapatkan cinta. Selain itu, perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan perselingkuhan. Selain itu, ketidaksiapan dalam menerima perbedaan dan keunikan masing-masing merupakan salah satu faktor seseorang melakukan perselingkuhan (satidarma, 2001).
Ada beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman. Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmotmengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.

Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar