A. Pengantar
Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri, namun
mengapa harus hidup bermasyarakat? Seperti diketahui manusia pertama, Adam,
telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya, yaitu istrinya
yang bernama Hawa.
Apabila manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya
seperti hewan, dia tak akan dapat hidup sendiri. Seekor anak ayam tanpa
induknya mampu mencari makan sendiri, begitu juga dengan kucing, anjing,
harimau, dsb. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
harus diajar makan, berjalan, bermain dll. Jadi sejak lahir manusia berhubungan
dengan manusia lainnya.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang
memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu
hidup dengan orang lain disebut gregariousness
sehingga manusia disebut juga social
animal (= hewan sosial).
Dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang
paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi.
Di dalam memberikan rekasi tersebut, ada suatu kecenderungan manusia untuk
memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain. Mengapa ? Karena
sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi
satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat).
2. Keinginan untuk menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan ke-2
lingkungan di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
Misalnya, dalam menghadapi udara yang dingin, alam yang kejam dan sebagainya,
manusia menciptakan rumah, pakaian, dll untuk melindungi dirinya.
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Akan tetapi tidak setiap himpunan
manusia dapat dinamakan kelompok manusia. Oleh sebab itu diperlukan beberapa
persyaratan dalam kelompok sosial, diantaranya:
1.
Adanya kesadaran pada setiap
anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada
kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu sehingga hubungan
antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor kesamaan tersebut, antara lain:
a. Persamaan
nasib
b. Persamaan
kepentingan
c. Persamaan
tujuan
d. Persamaan
ideologi politik
e. Persamaan
musuh
4. Berstruktur,
berkaidah dan mempunyai perilaku.
5.
Bersistem dan berproses.
B. Pendekatan Sosiologis
terhadap Kelompok-Kelompok Sosial
Hampir
semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan
keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga tersebut selalu menyebar, pada
waktu tertentu mereka akan berkumpul, misalnya pada waktu makan pagi, siang dan
malam. Pada saat berkumpul ini, setiap anggota keluarga saling tukar-menukar
pengalamannya. Saling tukar-menukar pengalaman ini, disebut dengan social experiences, dimana di dalam
kehidupan berkelompok mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian orang-orang yang bersangkutan. Penelitian terhadap social experiences tersebut sangat
penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu
dan bagaimana reaksi kelompok dan bagaimana pula reaksi individu terhadap
pengaruh tadi dalam proses pembentukan kepribadian. Suatu kelompok sosial
cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, tetapi selalu berkembang
serta mengalami perubahan-perubahan.
Manusia
mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan
yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola
interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan yang
merupakan nilai-nilai manusia yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara
dan pola berpikirnya. Misalnya,si A memberikan tekanan yang kuat kepada faktor
kebendaan, pola berpikirnya cendrung bersifat materialistik.
Pola
berpikir tertentu yang dianuti seseorang akan memengaruhi sikapnya. Misal, pola berpikir si A adalah materialistis, maka si A mempunyai sikap
tertentu terhadap pekerjaan tertentu, seperti lebih mementingkan pekerjaan yang
menghasilkan banyak materi dan kurang memperhatikan kepuasan batiniah. Apabila
pola perilaku tertentu sudah melembaga dan membudaya, gejala itu menjadi
patokan perilaku yang pantas. Patokan perilaku yang pantas tersebut biasanya
disebut norma atau kaidah. Perangkat kaidah-kaidah tertentu terdiri dari
kaidah-kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan hukum, kemudian menjadi patokan dalam
interaksi sosial.
C. Pengertian Kelompok
Sosial
Secara
sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang
mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu terdapat beberapa definisi
dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep
S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang
meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola
interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara
keseluruhan.
D. Proses Terbentuknya
Kelompok Sosial
Menurut
Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia
yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk
kelompok, karena melalui komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh
psikologis secara timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia
terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:
·
Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain
di sekitarnya
·
Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam
sekitarnya
F. Syarat
Terbentuknya Kelompok Sosial
Kelompok-kelompok
sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama dan saling
berinteraksi. Untuk itu, setiap himpunan manusia agar dapat dikatakan sebagai
kelompok sosial, haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Setiap
anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia merupakan bagian dari kelompok
yang bersangkutan.
2. Ada
kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu sehingga hubungan
antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor kesamaan tersebut, antara lain
·
Persamaan nasib
·
Persamaan kepentingan
·
Persamaan tujuan
·
Persamaan ideologi politik
·
Persamaan musuh
3. Kelompok
sosial ini berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.Kelompok sosial
ini bersistem dan berproses.
G. Macam-Macam
Kelompok Sosial
1. Klasifikasi
Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut
Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan
besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George
Simmel, besar kecilnya jumlah anggota kelompok akan memengaruhi kelompok dan
pola interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel
memulai dari satu orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad.
Kemudian monad dikembangkan menjadi dua orang ataudiad, dan tiga
orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya semakin
banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan
derajat interaksi dalam kelompok
Derajat
interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial yang berbeda.
Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga, masyarakat desa, akan
mempunyai kelompok yang anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face
groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok sosial seperti masyarakat kota,
perusahaan, atau negara, di mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan
erat.
c. Berdasarkan
kepentingan dan wilayah
Sebuah
masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial atas dasar
wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan
asosiasi (association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk
memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan
kelangsungan kepentingan
Adanya
kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya
sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang
keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama.
Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap.
e. Berdasarkan
derajat organisasi
Kelompok
sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi
seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang
hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
Secara
umum tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
·
Kategori statistik, yaitu pengelompokan
atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
·
Kategori sosial, yaitu kelompok individu
yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam Indonesia).
·
Kelompok sosial, misalnya keluarga batih
(nuclear family)
·
Kelompok tidak teratur, yaitu
perkumpulan orang-orang di suatu tempat pada waktu yang sama karena adanya
pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
·
Organisasi Formal, yaitu kelompok yang
sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih
dahulu, misalnya perusahaan.
2. Kelompok
Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada
masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya mempunyai satu
kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun, ia juga menjadi anggota
beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya kelompok-kelompok sosial ini
biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis kelamin, pekerjaan atau
kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial tersebut akan memberikan
kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu digarisbawahi adalah sifat
keanggotaan suatu kelompok tidak selalu bersifat sukarela, tapi ada juga yang
sifatnya paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota kelompok di tempatnya
bekerja, Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota perkumpulan bulu tangkis,
anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga, anggota Paguyuban
masyarakat Jawa dan sebagainya.
3. In-Group
dan Out-Group
Sebagai
seorang individu, kita sering merasa bahwa aku termasuk dalam bagian kelompok
keluargaku, margaku, profesiku, rasku, almamaterku, dan negaraku. Semua
kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan “ku”. Itulah yang dinamakan
kelompok sendiri (In group) karena aku termasuk di dalamnya. Banyak kelompok
lain dimana aku tidak termasuk keluarga, ras, suku bangsa, pekerjaan, agama dan
kelompok bermain. Semua itu merupakan kelompok luar (out group) karena aku
berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat
dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu
sama. Pada masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya
akan mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan
kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa
maka hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya. Jika
mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan
bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang sama. Namun,
jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan antaa keluarga maka
mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada
masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok sehingga mungkin saja
saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya. Siswa lama selalu memperlakukan
siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika berada di dalam gedung olahraga
mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah kesayangannya.
4. Kelompok
Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles
Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan
ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat
yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat
pribadi tadi adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam
kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh
karena itu hubungan sosial di dalam kelompok primer berisfat informal (tidak
resmi), akrab, personal, dan total yang mencakup berbagai aspek pengalaman
hidup seseorang.
Di
dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau sejumlah sahabat, hubungan
sosial cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok saling tertarik satu
sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan, dan
kecemasan-kecemasan, berbagi pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling
memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah persahabatan.
Di
sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas
banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan
secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok
sekunder, hubungan sosial bersifat formal, impersonal dan segmental (terpisah),
serta didasarkan pada manfaat (utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan
orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai seseorang yang berfungsi dalam
menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu penting, tetapi cara
kerjanya.
5. Paguyuban
(Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep
paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand
Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah,
serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum
ciri-ciri paguyuban adalah:
·
Intimate, yaitu hubungan yang bersifat
menyeluruh dan mesra
·
Private, yaitu hubungan yang bersifat
pribadi
·
Exclusive, yaitu hubungan tersebut
hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di
dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe
paguyuban berikut.
·
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft
by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan
yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan
kelompok kekerabatan.
·
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of
place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan
tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan,
rukun tetangga.
·
Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft
of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak
mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan
tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada
paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Sebaliknya,
patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam
pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah
mesin. Bentuk gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan
perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan perjanjian kerja,
birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.
Ciri-ciri
hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
|
Patembayan
|
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
|
Impersonal
Formal,
kontraktul
Utilitarian
Realistis,
“ketat”
Khusus
|
6. Formal
Group dan Informal Group
Menurut
Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang
tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan
antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan
tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha demi
tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
Organisasi
biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Misalnya, sekolah
terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua
murid, bagian tata usaha dan lingkungan sekitarnya. Organisasi seperti itu
dinamakan birokrasi. Menurut Max Weber, organisasi yang didirikan secara
birokrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Tugas organisasi didistribusikan dalam
beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
·
Posisi dalam organisasi terdiri atas
hierarki struktur wewenang.
·
Suatu sistem peraturan memengaruhi
keputusan dan pelaksanaannya.
· Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas
memelihara organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
· Para pejabat berharap agar hubungan
atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.
·
Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan
pada karier.
Sedangkan
pengertian informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan
organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena
pertemuan-pertemuan yang berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut
adalah kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya
klik (clique), yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering
timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya
pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya hanya “antarakita”
saja.
7. Membership
Group dan Reference Group
Mengutip
pendapat Robert K Merton, bahwa membership group adalah suatu
kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok
tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang
tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan
keadaan. Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam
kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul
dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok
itu.
Reference
group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota
kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang
yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya
dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi anggota
TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan
militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia
bukan anggota TNI.
8. Kelompok
Okupasional dan Volunteer
Pada
awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat melakukan berbagai
pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat tersebut belum ada pembagian
kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia,
sistem pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya adalah masyarakat itu
sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat
seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada
kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan
bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar
fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri atas
orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar
peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan
dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada masyarakat yang tertutup
dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas.
Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat
tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual warga masyarakat dapat
dipenuhi.
Akibatnya
dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan,
muncullahkelompok volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai
kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin
luas jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa
kepentingan itu antara lain:
·
Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
·
Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan
harta benda
·
Kebutuhan akan harga diri
·
Kebutuhan untuk mengembangkan potensi
diri
·
Kebutuhan akan kasih sayang
E. Kelompok
Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan
(Crowd)
Kerumunan
adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada
waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran
orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata
dapat melihat dan selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut
segera berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan
merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara
garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan
yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan
ini dapat dibedakan menjadi:
1)
Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences), merupakan kerumunan
yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya, menonton film,
mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2)
Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), yaitu
kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai
persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan
yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan
ini dibedakan menjadi:
1)
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations). Misalnya,
orang yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2)
Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu
orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya.
Dorongan dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai
kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa
bumi.
3)
Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena
ingin melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan
yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan
ini dibedakan menjadi:
1)
Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan
kekerasan.
2)
Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan yang hampir
sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma
masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda
dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi,
seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi,
film, dan sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu
publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan
tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang
tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
F. Masyarakat
Setempat (Community)
Masyarakat
setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam
arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor utama yang menjadi dasarnya
adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan dengan
interaksi penduduk di luar batas wilayahnya.
Secara
garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi
kedekatan hubungan antara hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis
tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu saja belum cukup untuk membentuk
suatu masyarakat setempat. Hal ini masih dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community
sentiment).
Beberapa
unsur komunitas adalah:
1.
Seperasaan
Unsur
perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan
sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut. Akibatnya, mereka dapat
menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
2.
Sepenanggunan
Setiap
individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri
memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3.
Saling memerlukan
Individu
yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada
komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun biologis.
Untuk
mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang
saling berhubungan, yaitu:
·
Jumlah penduduk
·
Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
·
Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat
terhadap seluruh masyarakat
·
Organisasi masyarakat yang bersangkutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar